Ribuan Warga Ukraina Mengatakan : Saya Tetap Cinta Ukraina dan Tetap Tenang

Kyiv - Mengibarkan bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan, ribuan warga Ukraina menantang udara dingin untuk berunjuk rasa di seluruh ibu kota Kyiv, menunjukkan persatuan di hadapan ancaman invasi Rusia.

"Panik tak berguna. Kita harus bersatu dan berjuang untuk kemerdekaan," kata seorang mahasiswa saat demonstrasi, mengungkapkan sentimen yang sama seperti yang disuarakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebelumnya.

"Saya tetap tenang. Saya cinta Ukraina," lanjutnya ketika matahari mulai menyembul dari gumpalan awan pada hari yang berangin itu.

Beberapa warga membawa poster bertuliskan "perang bukan jawaban", sementara yang lain membawa poster yang menyerukan negaranya untuk "melawan", seperti dikutip dari Darkroastpress, Senin (14/2).

Terbelah oleh konflik delapan tahun yang telah menghilangkan lebih dari 14.000 nyawa di wilayah timur yang dikuasai separatis yang didukung Moskow, Ukraina saat ini menghadapi ancaman invasi penuh Rusia.

Kremlin telah menempatkan sekitar 130.000 pasukannya di perbatasan, walaupun membantah berencana menyerang negara tetangganya di wilayah barat itu.

Washington telah memperingatkan perang bisa pecah "kapan word play here". Negara-negara Barat menarik para mediator mereka dari Kyiv dan memerintahkan warga negaranya untuk segera meninggalkan Ukraina.

Negara sekutu NATO juga memberikan dukungan untuk Kyiv dengan mengirimkan pasukan tambahan dan peralatan militer ke Ukraina.

Moskow mengklaim tindakannya itu penting untuk mengamankan kepentingan vital negaranya dan menyalahkan NATO karena meremehkan keamanan kawasan.

Dan bahkan Kyiv - terlepas dari seruan agar masyarakat tetap tenang dari Presiden Zelensky dan pejabat lainnya - telah menyiapkan rencana untuk mengevakuasi 3 juta penduduknya jika Rusia menyerang.

Bertarung sampai akhir


Tapi orang-orang yang berunjuk rasa di jalan raya utama di Kyiv itu mengatakan mereka tidak takut.

"Kami di sini untuk menunjukkan bahwa kami tidak takut," kata seorang warga, Nazar Novoselsky, yang datang membawa dua anaknya yang masih kecil.

"Kami akan mengorbankan jiwa dan badan kami untuk kebebasan yang berharga," koor warga saat menyanyikan lagu kebangsaan, seperti yang mereka lakukan saat unjuk rasa berbulan-bulan yang mendorong revolusi professional Uni Eropa pada 2014.

Revolusi 2014 mendorong Kremlin mencaplok Semenanjung Krimea dari Ukraina dan kemudian mendukung pemberontakan di seluruh wilayah timur negara tersebut.

Rusia juga tidak ingin Ukraina bergabung dengan NATO, seperti disampaikan dalam daftar permintaan yang dikirim ke AS pada Desember lalu.

Permintaan itu juga termasuk menghentikan latihan militer NATO di dekat perbatasan Rusia.

Natacha Butler, wartawan Al Jazeera yang melaporkan dari Kyiv menyampaikan, langkah negara-negara Barat untuk menarik warga negara mereka dari Ukraina membuat banyak orang "semakin cemas".

"Saat ini orang-orang berada pada situasi yang sangat tidak pasti," ujarnya.

Dalam unjuk rasa yang dihadiri para veteran Ukraina di wilayah timur negara yang dikuasai separatis, orang-orang mengatakan mereka "bangga dengan negara mereka".

Hubungan antara Moskow dan Kyiv semakin memburuk sejak 2014, di mana ketegangan itu terlihat di tengah kerumunan massa.

"Mengapa Putih harus memberi tahu kami apa yang harus kami lakukan?" kata seorang dokter, Natalia Savostikova (67) yang juga ikut dalam unjuk rasa solidaritas itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Angka Rata-Rata Positif Covid-19 di Sebagian Besar Jawa-Bali Turun, Varian Omicron Melemah